IMAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-SEHARI
Iman secara behasa berarti al-Tashdiq yaitu membenarkan dengan hati. Membenarkan setiap berita yang datang dari seseorang merupakan contoh dari iman menurut bahasa. Sedangkan secara istilah apabila dikaitkan dengan agama (keyakinan), Iman adalah engkau membenarkan segala ketentuan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Sebagai orang yang mengaku beriman kepada Nabi Muhammad SAW. Maka konsekuensinya adalah menjalankan apa yang menjadi risalah ajaran-ajaran Nabi Muhammad SAW. Dengan begitu, maka kita akan tepat dikatakan sebagai orang yang beriman. Akan tetapi sebaliknya, apabila iman hanya diyakini sebatas percaya atau membenarkan dengan hati namun tidak menjalankan atau merealisasikan keimanan tersebut dalam kehidupan nyata, maka hal itu dipandang tidak sempurna keimanan yang kita miliki.
Keimanan sesesorang dapat dilihat dari sikap dan perilaku hidup sehari-hari. Salah satu bentuk realisasi iman dalam kehidupan sehari-hari adalah sikap cinta terhadap sesama muslim.
Rasulullah SAW dalam sebuah riwayat pernah bersabda :
عَنْ اَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ نَّبِيِّ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ : لَايُؤْ مِنُ اَحَدُ كُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَ خِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ. (رواه البخارى ومسلم وأحمد و النسائ)
Artinya : Diriwayatkan dari Anas r.a. bahwa Nabi SAW. bersabda: "Tidaklah sempurna iman seseorang diantara kamu sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri". (HR. Bukhori, Muslim, Ahmad, dan Nasa'i).
Hadits di atas menerangkan setiap muslim perlu memupuk rasa kasih sayang antar sesama. Sikap kasih sayang itu dapat terwujud dalam bentuk tolong-menolong dan saling menghargai antar sesama. Apabila ada saudara kita yang mendapatkan musibah, maka kita berupaya membantu meringankan beban orang yang mendapatkan musibah tersebut. Demikian pula, apabila kita mendapatkan saudara kita mendapat suatu kebahagiaan, kita turut berbahagia atas kebahagiaan yang ia didapatkan.
Setiap manusia memiliki tabiat yang sama dalam hal mencintai keutamaan, keindahan, pengetahuan yang luas, tempat yang tinggi, kemuliaan, rumah yang indah, anak-anak yang baik, suami yang shalih, istri yang shalihah, kerabat yang dekat, kendaraan yang bagus, teman yang baik dan berbagai hal yang menyangkut kebaikan dan keutamaan yang akan menjadikan manusia hidup dalam ketentraman dan kesenangan. Semua itu, akan terus diupayakan manusia untuk mencapainya. Maka, apabila semua hal menyangkut kesenangan, keindahan, dan kenyamanan yang menjadi impian setiap manusia dan menjadi keinginan alias kecintaan tentu setiap orang akan berusaha menggapainya. Sebaliknya, setiap manusia tidak menghendaki terjadinya kemiskinan, musibah yang menimpa diri, keluarga dan kerabat dekatnya, serta semua hal yang tidak dikehendaki manusia. Untuk itu, manusia selalu berupaya agar hal-hal yang tidak dikehendaki itu dihindari dan diupayakan tidak terjadi. Dalam hal ini, setiap manusia mengerahkan segala potensinya agar mencapai segala sesuatu yang menjadi keinginan dan menghindari segala hal yang tidak disukai.
Upaya mencapai keinginan atau cita-cita merupakan dambaan setiap manusia. Oleh karena itu, bagi setiap muslim, keinginan dan cita-cita orang lain pada dasarnya adalah merupakan keinginan dirinya juga. Artinya, setiap muslim dituntut agar menjaga setiap hal yang menjadi tabiat seluruh manusia seperti keindahan, ketentraman, keamanan, dan yang lainnya. Demikian pula, setiap muslim dituntut agar tidak terjadi hilangnya rasa aman, rasa tentram dari orang lain. Rasa sakit yang diderita orang lain juga merupakan derita bagi dirinya. Artinya, seorang muslim seharusnya dapat membantu saudaranya yang dilanda musibah atau bencana. Karena, mereka pada dasarnya bagaikan satu tubuh, apabila salah satu bagian tubuh itu sakit maka bagian yang lain akan terasa sakit pula. Dalam hal ini Rasulullah SAW. bersabda:
تَرَ ى الْمُؤْ مِنِيْنَ فِيْ تَوَا دِّهِمْ وَ تَرَا حُمِهِمْ مِثْلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَا عَى لَهُ سَا ئِرُ الْجَسَدِ بِا لسَّهْرِ وَالْحِمَى (زواه البخا رى و مسلم)
Artinya: "kau lihat orang-orang mukmin dalam kasih sayang dan saling cintanya di antara mereka seperti satu tubuh, jika satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuh yang lain merasakan pedas demam (sakit). (HR. Bukhori dan Muslim)
Upaya menjaga rasa aman merupakan bagian dari rasa cinta kita terhadap sesama. Demikian pula, upaya yang dilakukan dalam menghindari segala sesuatu yang menjadi kebencian setiap manusia merupakan wujud kecintaan terhadap sesama. Dengan demikian, perilaku menyimpang yang dilakukan seseorang sehingga terganggunya ketentraman dan kenyamanan orang lain adalah suatu hal yang dilarang karena bertentangan dari sifat dasar manusia yang menyukai berbagai bentuk keindahan, ketentraman, dan kesenangan.
Kesimpulannya adalah mencintai sesama muslim merupakan bagian dari iman. Muslim yang baik sudah seharusnya merasakan dirinya adalah bagian dari orang lain sehingga apabila orang lain senang maka dia ikut merasakan senang, demikian pula apabila orang lain merasakan sakit maka dia juga merasakan sakitnya. Oleh sebab itu, hendaknya kita selalu menjalin rasa kasih sayang antar sesama dan menjauhi segala bentuk permusuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar